Jakarta – Menjelang masa pemilihan umum (Pemilu) biasanya para Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden, hingga bakal calon legislatif membagikan membuat sejumlah kaos dan atribut partai untuk keperluan kampanye.Berkat itu sejumlah pedagang biasanya kebagian berkah dari momentum tahun politik, khususnya mereka yang menjual kaos, atribut, hingga bendera partai. Lantas bagaimana geliat usaha para penjual kaos-atribut partai saat ini?Misalnya saja salah seorang penjual bendera partai di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Alvian (50), yang mengaku dapat banyak pesanan di menjelang masa Pemilu. Ia yang sudah berjualan bendera partai sejak 15 tahun lalu merasa sudah menerima tambahan omzet hingga 80%”Sekarang-sekarang ada di 80-70% (kenaikan omzet), belum sampai 100% sih. Masalahnya orang masih nunggu nomor urut dan segala macam,” kata Alvian kepada detikcom, Senin (23/10/2023).Berdasarkan pengalaman Alvian, omzet penjualannya akan terus meningkat hingga 100-150% usai para Capres-Cawapres, Caleg, hingga Calon Kepala Daerah mendapatkan nomor penetapan. Karenanya ia sendiri sudah mulai tambah produksi untuk stok pesanan.”Belum ada peningkatan (yang signifikan) masalahnya. Orang tuh lagi nunggu nomor penetapan ya. Nanti setelah penetapan yah sekitar 100-150%. Sudah, sudah mulai produksi buat stok,” ungkapnya.Meski begitu menurutnya penjualan bendera partai mulai mengalami penurunan bila dibandingkan Pemilu-pemilu sebelumnya. Kondisi ini mulai terjadi sejak Pemilu 2019 lalu, saat pemilihan Presiden-Wakil Presiden, hingga legislatif dan kepala daerah dilakukan serentak.
“Karena 2019 itu kan pertama-tama orang mau serentak pemilu yah, kalau dulu kan pisah-pisah. 2014 itu masih pisah-pisah kan, kalau dulu bisa naik 200%. Karena kan beda-beda gitu, kaya caleg DPR-nya, Presidennya beda-beda, kalau sekarang kan (pesanan bendera partai) digabung,” jelas Alvian lagi.
Berbeda nasib dengan Alvian, seorang pedagang kaos dan atribut partai lain di Pasar Senen bernama Hadi (41) mengaku hingga saat ini belum menerima pesanan kaos atau atribut partai. “Nggak ada (pesanan), kosong kaos. Ya boleh di bilang kosong, orang nggak ada (pesanan),” tutur Hadi.
Menurutnya kondisi ini sangat berbeda dengan masa Pemilu 2019 lalu di mana para calon sudah mulai memesan kaos dan atribut partai sejak 6 bulan sampai 1 tahun sebelum pemilihan.
“Kalau tahun dulu kan enak, setahun atau 6 bulan sebelum Pemilu sudah bikin-bikin. Tahun sekarang mah nggak ada. Kalau sekarang mah orang bingung mau bikin (kaos dan atribut partai), orang nomornya aja belum keluar-keluar,” jelasnya.